Minggu 24: Ibnu Rusyd (Averroes), Sang Penafsir
Ilustrasi yang menggambarkan Ibnu Rusyd
Bismillahirrahmanirrahiim,
Ibnu Rusyd dilatinkan
sebagai Averroes, adalah seorang filsuf dan pemikir dari Al-Andalus yang
menulis dalam bidang disiplin ilmu, termasuk filsafat, akidah atau teologi
Islam, kedokteran, astronomi, fisika, fikih atau hukum Islam, dan linguistik.
Karya-karya filsafatnya termasuk banyak tafsir, parafrase, dan ringkasan
karya-karya Aristoteles, yang membuatnya dijuluki oleh dunia barat sebagai
"Sang Penafsir" (Bahasa Inggris: The Commentator). Ibnu Rusyd
juga semasa hidupnya mengabdi sebagai hakim dan dokter istana untuk
Kekhalifahan Muwahhidun.
Ibnu Rusyd
lahir di Kordoba dari keluarga yang melahirkan hakim-hakim terkenal; kakeknya
adalah qadhi al-qudhat (hakim kepala) dan ahli hukum terkenal di kota itu. Pada
tahun 1169 ia bertemu dengan khalifah Abu Yaqub Yusuf, yang terkesan dengan
pengetahuan Ibnu Rusyd. Sang khalifah kemudian mendukung Ibnu Rusyd dan banyak
karya Ibnu Rusyd adalah proyek yang ditugaskannya. Ibnu Rusyd juga beberapa
kali menjabat sebagai hakim di Sevilla dan Kordoba. Pada 1182, ia ditunjuk
sebagai dokter istana dan hakim kepala di Kordoba. Setelah wafatnya Abu Yusuf
pada tahun 1184, ia masih berhubungan baik dengan istana, hingga 1195 saat dia
dikenai berbagai tuduhan dengan motif politik. Pengadilan lalu memutuskan bahwa
ajarannya sesat dan Ibnu Rusyd diasingkan ke Lucena. Setelah beberapa tahun di
pengasingan, istana memanggilnya bertugas kembali, tetapi tidak berlangsung
lama karena Ibnu Rusyd wafat.
Ibnu Rusyd
adalah pendukung ajaran filsafat Aristoteles (Aristotelianisme). Ia
berusaha mengembalikan filsafat dunia Islam ke ajaran Aristoteles yang asli. Ia
mengkritik corak Neoplatonisme yang terdapat pada filsafat pemikir-pemikir
Islam sebelumnya seperti Al-Farabi dan Ibnu Sina, yang ia anggap menyimpang
dari filsafat Aristoteles. Ia membela kegiatan berfilsafat dari kritik yang
dilancarkan para ulama Asy'ariyah seperti Al-Ghazali. Ibnu Rusyd berpendapat
bahwa dalam agama Islam berfilsafat hukumnya boleh, bahkan bisa jadi wajib
untuk kalangan tertentu. Ia juga berpendapat bahwa teks Quran dan Hadis dapat
diinterpretasikan secara tersirat atau kiasan jika teks tersebut terlihat
bertentangan dengan kesimpulan yang ditemukan melalui akal dan filsafat. Dalam
bidang fikih, ia menulis Bidayatul Mujtahid yang membahas perbedaan mazhab
dalam hukum Islam. Dalam kedokteran, ia menghasilkan gagagan baru mengenai
fungsi retina dalam penglihatan, penyebab strok, dan gejala-gejala penyakit
Parkinson, serta menulis buku yang kelak diterjemahkan menjadi sebuah buku teks
standar di Eropa.
Pengaruh Ibnu
Rusyd ke dunia Barat jauh lebih besar dibanding dunia Islam. Ibnu Rusyd menulis
banyak tafsir terhadap karya-karya Aristoteles, yang kemudian diterjemahkan ke
dalam bahasa Ibrani dan bahasa Latin dan beredar di Eropa. Terjemahan
karya-karya Ibnu Rusyd memicu para pemikir Eropa Barat untuk kembali mengkaji
karya-karya Aristoteles dan pemikir Yunani lainnya, setelah lama diabaikan
sejak jatuhnya kekaisaran Romawi. Pendapat-pendapat Ibnu Rusyd juga menimbulkan
kontroversi di dunia Kristen Latin, dan menginspirasi sebuah gerakan filsafat
yang disebut Averroisme. Salah satu doktrinnya yang kontroversial di dunia
Barat adalah teori yang disebut "kesatuan akal" (unitas intellectus
dalam bahasa Latin), yang menyatakan bahwa semua manusia bersama-sama memiliki
satu akal atau "intelek". Karya-karyanya dinyatakan sesat oleh Gereja
Katolik Roma pada tahun 1270 dan 1277, dan pemikir Kristen Thomas Aquinas
menulis kritik-kritik tajam terhadap doktrin Ibnu Rusyd. Sekalipun demikian,
Averroisme tetap memiliki pengikut di dunia Barat hingga abad ke-16.
Komentar
Posting Komentar