Minggu 26: TARIAN ITU BERNAMA TARI RATOH JAROE, BUKAN TARI SAMAN!



Tari Ratoh Jaroe


Bismillahirrahmanirrahiim,

     Apabila membicarakan tarian tentu akan membicarakan seputar kebudayaan, yang di mana Indonesia sendiri memiliki ratusan hingga ribuan budaya tari di seluruh daerahnya. Budaya tari di berbagai daerah atau bisa disebut sebagai Tari Tradisional, merupakan tarian budaya masing-masing daerah sehingga terikat dengan aturan daerah asal tersebut. Sering kali saat membicarakan hal berbau tradisional adalah suatu hal yang tidak diminati anak muda dan akan hilang di terjang arus modern sehingga harus adanya usaha pelestarian dari berbagai pihak.

     Namun apabila kita melihat kenyataannya, Tari Tradisional merupakan salah satu pilihan ekstrakurikuler favorit para siswi sekolah menengah, sehingga tidak asing bagi kita dengan penampilannya saat pentas seni dan acara lainnya. Mungkin sebagian dari kita pernah melihat tari tradisional di sekolah menengah ataupun di perguruan tinggi, apa yang terlintas dalam benak kita saat melihat ekstrakurikuler Tari Tradisional? Pasti ada ucapan “Tari Saman lagi, tari Saman lagi”. Namun ada misinterpretasi orang-orang terhadap tarian tradisional rakyat Aceh itu. 

     Tari tradisional yang sering kita lihat di pentas seni maupun pertunjukan lainnya, bukanlah tari Saman, bahkan bukan tari tradisional. Tarian yang sering kita lihat di sekolah menengah adalah tari Ratoh Jaroe, yaitu tari kreasi yang diciptakan oleh Yusri Saleh (Dek Gam) pada tahun 2000-an saat ia merantau ke DKI Jakarta. Disebut sebagai tari kreasi, karena di dalam gerakan tari Ratoh Jaroe terdapat gabungan dari gerakan-gerakan yang berasal dari tarian tradisional asal Aceh lainnya, yakni seperti tari Ratoh Duek, Rateb Meusekat, Rapai Geleng, Likok Pulo, dan tari Saman tentunya.


Perbedaan 

     Pada tari Saman, gerakan badannya lebih menonjol. Sedangkan di tari Ratoh Jaroe dominan dengan gerakan tangan yang digabung dengan gerakan badan. Pembeda lain kedua tarian ini juga terletak pada penarinya. Tari Ratoh Jaroe dimainkan oleh para perempuan yang biasanya berjumlah genap. Sedangkan Saman dimainkan oleh para laki-laki. Selain itu, Tari Saman tidak menggunakan alat musik, Ratoh Jaroe diiringi dengan musik rapa’i yang merupakan alat musik tradisional asli Aceh yang dimainkan dengan cara dipukul. Alat musik rapa’i berbentuk rebana yang ditabuh oleh seorang yang disebut dengan Syahi. 

Filosofi 

     Tarian ini mampu menawar rasa penasaran terhadap tari Saman yang ternyata hanya boleh dimainkan oleh penari laki-laki saja, oleh karenanya, Yusri Saleh (Dek Gam) menciptakan tari Ratoh Jaroe yang hanya dibawakan oleh penari perempuan dan ditarikan dalam jumlah genap yang tidak terbatas. Tari Ratoh Jaroe merepresentasikan semangat dan keanggunan perempuan Aceh yang terkenal tangguh sejak dahulu. Pemberani, pantang menyerah, pantang mundur, militan, dan sangat kompak antara satu dengan lainnya.

 (Najib Jayakarta)

.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Minggu 21 : St. Agustinus, Negara Tuhan & Kehidupan Biarawan

Minggu 7: Muhammadiyah atau NU?

Minggu 1: Norma Kesopanan

Minggu 19: Rasial, Klasifikasi Varian Manusia yang Kerap Berujung Diskriminatif

Minggu 28: Stigma Suku Betawi

Minggu 14: Minum Alkohol Tidak Mabuk, Boleh?

Minggu 10: Banyaknya Tugas Daring Pelajar Bunuh Diri

Minggu 12: Krisis Penjaga Gawang Demokrasi: Gibran dan Sang Partai Pengusung

Minggu 22 : Dosa Asal Manusia

Minggu 8: Pentas Seni atau Pentas Unjuk Gigi?